Pengakuan WNA Jual Narkoba di Bali Dampak Perang Rusia vs Ukraina

Administrator - Rabu, 15 Mei 2024 08:29 WIB
f-ilustrasi
viralnasional.com -- Dua orang pria asal Ukraina dan satu orang WN Rusia ditangkap terkait kasus lab rahasia narkoba di vila kawasan Badung, Bali. Ketiga WNA tersebut mengaku terpaksa menjalankan bisnis ilegal di Bali karena negaranya dilanda perang.

Dalam wawancara dengan detikcom, Senin (13/5/2024), salah satu tersangka WN Ukraina, Mikhayla Volovod (31) mengaku dirinya dan saudara kembarnya Ivan Volovod (31) datang ke Indonesia sejak 2021. Peperangan antara Ukraina dan Rusia membuatnya terpaksa menjalankan bisnis narkoba di Indonesia.

"Saya ke sini karena negara saya perang dengan Rusia. Saya tahu ini ilegal, saya tahu konsekuensinya," kata Mikhayla.

Mikhayla mengaku ia menjalankan bisnis narkoba ini untuk pertama kalinya. Ia dan saudara kembarnya mulai meracik ganja hidroponik dan mephedrone sejak September 2023.

"Ini pertama kalinya buat saya. Saya terpaksa melakukan ini karena tidak punya pekerjaan, negara saya sedang berperang," katanya.

Ia mengaku ditawari sebagai koki narkoba oleh seseorang yang dikenalnya melalui internet. Mikhayla mengaku tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan bosnya.

"Saya tidak tahu (bos saya), kami hanya komunikasi melalui Telegram. Saya hanya disuruh mengerjakan ini. (Harga sewa vila) juga tidak tahu, saya hanya bayak listrik," imbuhnya.

Mikhayla mengaku siap bersikap kooperatif. Dia mengaku siap buka-bukaan kepada polisi.

"Saya siap memberikan semua informasi kepada polisi. Saya akan bersikap kooperatif. Saat ini saya makan, minum dikasih polisi," katanya.

Sama halnya dengan Mikhayla, tersangka Konstantin Krutz (WN Rusia) juga mengaku menjadi kurir narkoba jaringan 'Hydra Indonesia' di Bali karena peperangan antara Rusia dan Ukraina. Perekonomian yang sulit membuatnya menjalankan peredaran gelap narkoba.

"Saya harus menghidupi keluarga saya. Saya mencari uang dengan cara cepat, saya mencari pekerjaan di internet dan saya menemukan pekerjaan sebagai kurir narkoba," kata Konstantin.

Perang antara Ukraina dan Rusia membuat Konstantin kehilangan pekerjaan. Ia mengaku bangkrut dan kehilangan aset-asetnya karena perang.

"Saya memiliki perekonomian yang sulit setelah perang Rusia-Ukraina. Perekonomian Rusia anjlok setelah adanya perang, saya juga kehilangan aset-aset di Rusia, saya bangkrut," ungkapnya.

Sebagai kurir, Konstantin mengaku mendapatkan upah USD 10 untuk satu kali pengantaran. Ia hanya bertugas mengirimkan narkoba ke tempat yang telah ditentukan oleh atasannya.

"Saya mendapatkan USD untuk sekali pengantaran. Saya hanya antar barang, contohnya saya disuruh pergi ke satu tempat untuk mengedrop barang (narkoba), saya dikasih titik koordinat, lalu saya taruh di tempat tersebut, lalu saya kirim foto (bukti pengantaran narkoba) ke orang tersebut," jelasnya.

Konstantin mengaku direkrut oleh seseorang melalui internet. Dia tidak pernah bertemu dan mengenal siapa bosnya.

"Saya menjadi kurir. Bos mereka merekrut saya melalui internet," ucapnya.

Selama menjalankan bisnis ilegal di Bali, Konstantin hanya berkomunikasi dengan bosnya melalui Telegram dengan nickname 'Manager Hydra Indonesia'.

"Saya masih belum tahu (siapa bos), saya hanya berhubungan via Telegram. Saya hanya tahu nickname dia, Hydra Indonesia Manager. Saya hanya tahu itu, tak pernah sekalipun bertemu," tuturnya.

Konstantin sendiri datang bersama istri dan seorang anak perempuan yang kini berusia 5 tahun sekitar 6 tahun lalu. Ia menyebut istrinya hanya tahu jika dia bekerja di Indonesia sebagai programmer.

"Istri saya tidak tahu, dia tahunya saya bekerja sebagai programing di sini. Saya tidak mengerti kenapa dia masih mau sama saya, incredible woman," imbuhnya.

Konstantin kini hanya bisa menyesali perbuatannya. Ia mengaku siap menerima konsekuensi hukuman atas keterlibatannya dalam jaringan narkoba.

"Saya tahu konsekuensi hukum atas perbuatan saya. Saya sangat menyesal. Dari awal sampai saat ini, saya tidak punya pilihan lain karena negara saya sedang berperang," tutupnya.

Sebagaimana diketahui, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri membongkar clandestine lab di sebuah vila di Badung, Bali. Lab tersebut memproduksi ganja hidroponik dan mephedrone sekaligus dalam sebuah basement.

Jaringan yang menamakan diri 'Hydra Indonesia' ini memasarkan ganja hidroponik dan mephedrone secara terselubung melalui forum darkweb dengan tulisan berbahasa Rusia. Jaringan ini memasang kode rahasia berupa tulisan darknetforum2road.cc di tembok-tembok di kawasan Ubud dan Canggu.***(cnni)


Tag:

Berita Terkait