Timur Tengah Makin Mencekam, Amerika dan Iran di Ambang Perang

Administrator - Senin, 29 Januari 2024 19:22 WIB
f-ilustrasi
viralnasional.com - Konflik Timur Tengah makin melebar. Kali ini perang baru mengancam Amerika Serikat (AS) dan Iran.Sebuah pesawat tak berawak (drone) menghantam pangkalan AS di Yordania dan menewaskan tiga orang Minggu. Presiden Joe Biden menunjuk Iran bertanggung jawab dan berjanji membalas dendam, meski dibantah Iran.

Ini makin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Bahkan memicu kekhawatiran tentang pasokan melalui jalur perdagangan utama itu.

Mengutip AFP Senin (29/1/2024) siang, harga minyak bahkan mengalami kenaikan. Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate naik 0,4%, menjadi US$83,84 per barel dan US $78,33 per barel setelah sempat naik hingga 1% di pembukaan.

"Berita tentang tiga tentara AS yang terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak, dan Presiden Biden mengatakan 'kami akan merespons', kemungkinan akan meningkatkan fokus pasar terhadap wilayah tersebut," kata Andrew Ticehurst dari Nomura, dikutip laman yang sama.

"Kami percaya kematian tiga anggota militer AS hari ini di Yordania menandai titik perubahan kritis dalam konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran keterlibatan AS yang lebih besar dalam perang tersebut," kata analis RBC Capital Helima Croft dalam sebuah catatan dimuat Reuters.

"Konfrontasi yang lebih langsung dengan Iran akan meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan energi regional," ujarnya.

Sebenarnya kejadian ini terjadi dua hari setelah kelompok Huthi Yaman menyerang sebuah kapal minyak di Laut Merah. Pedagang komoditas Trafigura, perusahaan perdagangan komoditas multinasional bermarkas di Singapura, mengatakan bahwa pihaknya sedang menilai risiko keamanan pelayaran lebih lanjut di Laut Merah akibat itu.

"Gangguan terhadap pasokan terbatas, namun hal itu berubah ... setelah sebuah kapal tanker minyak yang beroperasi atas nama Trafigura terkena rudal di lepas pantai Yaman," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Dengan kapal tanker minyak yang terkait dengan AS dan Inggris kini berada di bawah ancaman serangan, pasar kemungkinan akan mempertimbangkan kembali risiko gangguan tersebut," tambahnya.

Laut Merah adalah rute terpendek jalur pelayaran logistik global dari Asia ke Eropa dan sebaliknya. Di mana kapal-kapal bisa mempersingkat waktu perjalanan dengan melewati Terusan Suez di Mesir.

Panasnya situasi membuat kapal-kapal kini menghindari wilayah itu dan menuju ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Mengutip New York Times, perusahaan pelayaran telah menaikkan harga tiga kali lipat untuk membawa kontainer dari Asia ke Eropa, sebagian untuk menutupi biaya tambahan berlayar keliling Afrika.

Bila makin lama, kelangkaan diyakini akan terjadi. Inflasi juga melompat seiring kenaikan harga yang dibebankan ke konsumen.

Jika ketegangan Laut Merah menyebar ke Selat Hormuz, Golman Sach sempat memperkirakan kenaikan signifikan harga minyak. Bahkan hingga 20-100%.***(cnbc)


Tag:

Berita Terkait

Viral Internasional

Kemenlu Evakuasi WNI asal Sumut-Riau dari Lebanon Balik Indonesia